Regret by Adelia Farhana
Hujan deras yang mengguyur kota itu seakan ikut berduka cita atas kematian seseorang. Gadis remaja yang hanya menatap langit gelap itu termenung sambil memeluk boneka beruang kesukaannya dengan tatapan kosong. Petir yang menyambar-nyambar, membuat jenazah orang yang meninggal itu belum di makamkan. Gadis itu tetap menatap kosong langit gelap yang mengguyur kota dengan hujan deras ketika seorang lelaki tua masuk ke kamarnya.
“Jangan bersedih terus, Rei. Kalau kamu terus bersedih, mama-mu juga akan sedih.” Ucap lelaki tua yang ternyata adalah seorang ayah gadis itu. Tapi, gadis itu hanya terdiam.
Gadis itu sedikit membuka mulutnya, lalu berkata, “Aku benci orang itu, orang yang menabrak lari mama. Seenaknya saja dia menabrak tanpa tanggung jawab. Aku benar-benar benci.” Dengan tatapan tajam, ia berkata seperti itu. Mata ayahnya terbuka lebar. Ia sangat kaget ketika anaknya berkata seperti itu. “Aku lihat betul orang yang menabrak mama. Kaca mobil yang terpecah belah, mengenai wajah mama; bahkan tertancap di dada mama. Darah yang berceceran mengenai wajahku. Dan entah kenapa aku yang duduk di belakang tidak apa-apa, hanya terkena goresan-goresan dari kaca mobil. Aku---“
“Sudah cukup, Reika!” Ayahnya memotong ucapan gadis tadi yang bernama Reika, tak kuasa membendung tangis di matanya, lalu memeluk Reika. “Sudah cukup penyesalannya. Semua sudah terlanjur terjadi, Rei. Ini sebuah takdir untuk kita dan sebuah musibah. Mungkin mama disana sudah tenang, jadi jangan disesali. Semua sudah terlanjur …” Lanjut ayahnya.
Hujan yang tak kunjung henti tetap di terobos orang-orang yang mengantar jenazah wanita yang disebut-sebut sebagai mama Reika. Suasana pemakaman yang sedih itu tetap terasa. Hingga akhirnya, Reika meneteskan air matanya bahkan tak akan bias terhenti untuk menghentikan tangisannya.
